BAB IV TEKS CERITA RAKYAT/HIKAYAT KELAS X SMK
A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Hikayat
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Perhatikan contoh analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawab berikut!
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
Agama |
Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya. |
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. |
Pasrah kepada Tuhan setelah berusaha. |
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya |
|
Sosial |
Tidak melihat perbedaan status sosial. |
Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati. |
Membantu orang orang yang berada dalam posisi kesulitan |
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. |
|
Budaya |
Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan Perlombaan untuk menunjukkan yang terkuat dan terhebat. |
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Adapun
Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. |
Moral |
Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. |
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. |
Memperdaya orang yang tidak berusaha. |
Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. |
|
Edukasi |
Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil. |
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufan. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fkih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. |
B. Mengidentifikasi Karakteristik Hikayat
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain.
Adapun karakteristik hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam
cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e)
menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
Berikut contoh karakteristik bahasa hikayat yang terdapat dalam teks “Hikayat
Indera Bangsawan”.
a. Kemustahilan
Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi
bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau
tidak bisa dinalar.
Perhatikan contoh analisis kemustahilan dalam kutipan hikayat berikut,
No. |
Kemustahilan |
Kutipan Teks |
1. |
Bayi lahir disertai pedang dan panah |
Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. |
2. |
Seorang putri keluar dari gendang |
Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. |
b. Kesaktian
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam
hikayat. Kesaktian dalam Hikayat Indera Bangsawan ditunjukkan dengan
kesaktian kedua pangeran kembar, Syah Peri dan Indera Bangsawan. Adapun ketiga
tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1) Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
2) Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk
mengalahkan Buraksa.
3) Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
c. Anonim
Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim
berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal
tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat
mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan
tidak ada yang sengaja mengarang.
d. Istana sentris
Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Dalam Hikayat Indera
Bangsawan, hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan
adalah raja dan anak raja, yaitu Raja Indera Bungsu, putranya Syah Peri dan
Indera Bangsawan, Putri Ratna Sari, Raja Kabir, dan Putri Kemala Sari.
Selain itu, latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh
raja serta istana dalam suatu kerajaan.
Sebenarnya selain karakteristik di atas, hikayat juga mempunyai ciri khusus
dalam hal penggunaan bahasanya. Karakteristik bahasa hikayat akan dibahas pada
bagian lain.
C. Struktur Teks Hikayat
Hikayat merupakan teks bagian dari prosa yang mirip dengan cerpen. Oleh karena itu struktur hikayat pada dasarnya sama dengan teks cerpen.
1. Abstraksi
Merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks hikayat boleh tidak memakai abstrak.
2. Orientasi
Adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan hikayat tersebut.
3. Komplikasi
Berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada bagian ini kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku.
6. Koda
Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks cerita oleh pembacanya.
D. CIRI KEBAHASAAN TEKS HIKAYAT
Ciri kebahasaan teks hikayat antara lain sebagai berikut.
a. Banyak menggunakan konjungsi
Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungsi pada setiap awal kalimat.
Perhatikan contoh kutipan hikayat berikut ini.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam,Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Dalam kutipan tersebut, konjungsi maka digunakan hingga tiga kali.
b. Banyak menggunakan kata arkais
Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
Contoh
Kata Arkais Makna Kamus
beroleh mendapat
titah kata, perintah
buluh tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur
c. Banyak menggunakan majas atau gaya bahasa
Majas atau gaya bahasa yang sering dijumpai dalam teks hikayat antara lain sebagai berikut
1. Majas antonomasia
Majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.
Contoh
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di negeri antah berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarahdarah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia.
2. Majas simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain:
seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh
Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu (Hikayat Si Miskin).
0 Response to "BAB IV TEKS CERITA RAKYAT/HIKAYAT KELAS X SMK "
Post a Comment